Buatku, hidup ini tidak lebih penting kecuali memberikan arti bagi kehidupan itu sendiri.saya tidak pernah merasa sudah hidup sebelum bisa menghidupi bagi banyak kehidupan. (Makna Hidup) Sementara kebendaan dan material adalah tempat munculnya kehidupan, dia bukanlah sumber kehidupan. Saya tidak akan pernah bisa hidup tanpa materi (tubuh), and so makan, minum, seks & semua aktifitas kehidupan lainnya. Tapi adanya "saya" menjadi hidup bukanlah untuk materi. (Sarana Hidup)

Sunday, September 24, 2006

Pesan Sri Paus Untuk Hari Doa Panggilan Sedun ia

PESAN SRI PAUS BENEDIKTUS XVI UNTUK HARI DOA PANGGILAN SEDUNIA KE 43
7 MEI 2006 - MINGGU PASKAH KE EMPAT
Tema: Panggilan di dalam misteri Gereja
Rekan-rekan Uskup yang mulia,
Saudara-saudari yang terkasih!
Perayaan Hari Doa Panggilan Sedunia yang akan datang memberiku kesempatan mengundang segenap Umat Allah untuk merefleksikan tema “Panggilan dalam Misteri Gereja”. Rasul Paulus menulis, “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus ... sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan ... Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus" (Ef 1:3-5). Sebelum penciptaan dunia, yakni sebelum keberadaan kita, Bapa Surgawi telah memilih kita secara pribadi, memanggil kita untuk mengambil bagian dalam hubungan keputraan denganNya, melalui Yesus, Sabda yang menjelma menjadi manusia, di bawah bimbingan Roh Kudus. Dengan wafat bagi kita, Yesus telah memasukkan kita ke dalam misteri cinta Bapa, cinta yang menyelubungiNya sepenuhnya dan yang telah dipersembahkanNya pada kita semua. Atas cara itu, bersatu dengan Yesus, yang adalah Sang Kepala, kita membentuk satu tubuh, yakni Gereja.
Beban-beban sejarah selama dua millenium mempersulit kita untuk memahami kebaruan misteri ke-Putra Ilahia-an yang menakjubkan itu, yang menjadi pusat ajaran Santo Paulus. Bapa, demikian diinggatkan Paulus, “telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi" (Ef 1:9-10). Dan dengan antusiame, ia menambahkan, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara" (Rm 8:28-29). Visi iman itu sungguh mengagumkan: kita dipanggil untuk hidup sebagai saudara-saudari Yesus, untuk merasa sebagai putra dan putri dari Bapa yang sama. Inilah anugerah yang melampaui segala gagasan dan rencana manusia belaka. Pengakuan iman yang sejati membuka lebar pikiran dan hati kita akan misteri Allah yang tiada batasnya, yang meresapi keberadaan manusia. Oleh karenanya, apa yang seharusnya dikatakan terhadap godaan, yang sedemikian kuat di jaman kita ini, merasa diri cukup sehingga menutup diri terhadap rencana Allah yang tersembunyi di hadapan kita? Cinta Bapa, yang mewahyukan diri dalam pribadi Yesus, mempertanyakannya dari kita.
Untuk menjawab panggilan Allah dan menjalaninya, tidak perlulah telah sempurna. Kita tahu bahwa kesadaran akan dosanya telah membuat anak yang hilang itu mengambil jalan kembali dan mengalami sedemikian rupa kegembiraan berdamai dengan Sang Bapa. Kerapuhan dan keterbatasan manusiawi tidak menjadi halangan, sebaliknya menjadi keadan yang membuat kita semakin sadar akan kenyataan bahwa kita membutuhkan rahmat penebusan Kristus. Inilah inti pengalaman Santo Paulus ketika mengaku: "Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku" (2Kor 12:9). Di dalam misteri Gereja, Tubuh Mistik Kristus, kuasa Ilahi dari cinta mengubah hati manusia, seraya membuatnya mampu membagikan cinta Allah itu bagi sesama. Selama berabad-abad, banyak pria dan wanita, yang diubah oleh cinta ilahi, telah membaktikan hidupnya demi Kerajaan Allah. Sudah sejak di pinggir danau Galilea telah banyak orang membiarkan dirinya ditaklukkan oleh Yesus: mereka adalah pencari kesembuhan tubuh dan jiwa dan telah disentuh oleh kuasa rahmatNya. Yang lain telah dipilih-Nya secara pribadi dan menjadi rasul-rasulNya. Kita juga menemukan beberapa orang, seperti Maria Magdalena dan perempuan-perempuan lainnya, yang mengikuti Dia atas kehendaknya sendiri, hanya karena kasih, namun seperti rasul Yohanes, mereka juga mendapatkan tempat yang istimewa dalam hatiNya. Mereka semua, pria dan wanita, yang telah mengenal misteri cinta Bapa melalui Yesus, menghadirkan pelbagai bentuk panggilan yang senantiasa hadir dalam Gereja. Model dari mereka yang dipanggil untuk memberikan kesaksian secara khusus akan kasih Allah, adalah Maria, Bunda Yesus, yang dalam peziarahan
Dalam Kristus, Kepala Gereja, yang adalah TubuhNya, semua umat Kristiani membentuk "sebuah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia" (1Pet 2:9). Gereja adalah Kudus, meskipun anggota-anggotanya perlu dimurnikan, untuk menyatakan bahwa kesucian, yang adalah Rahmat Allah, dalam diri mereka dapat bersinar sepenuh-penuhnya. Konsili Vatikan II mengarisbawahi panggilan umum akan kesucian , seraya menegaskan bahwa, “ Para pengikut Kristus dipanggil oleh Allah bukan berdasarkan perbuatan mereka, melainkan berdasarkan rencana dan rahmat-Nya. Mereka dibenarkan dalam tuhan Yesus, dan dalam babtis iman sungguh-sungguh dijadikan anak-anak Allah dan ikut serta dalam kodrat ilahi, maka sungguh menjadi suci.” (LG 40). Di dalam kerangka panggilan universal ini, Kristus, Imam Tertinggi, karena perhatianNya akan Gereja kemudian , dari setiap generasi, memanggil pribadi-pribadi tertentu untuk memelihara Umat-Nya; secara khusus, panggilan akan pelayanan imamat, orang-orang yang mengwujudnyatakan fungsi kebapaan, yang bersumber dari kebapaan dari Allah sendiri (Ef 3:14). Misi imam dalam Gereja tak tergantikan. Oleh karenanya, meski di beberapa tempat terjadi kekurangan imam, hal itu tidak dapat mengurangi keyakinan kita bahwa Kristus terus menerus mengangkat sejumlah pria, yang mana, seperti Para Rasul, meninggalkan semua pekerjaan lainnya, mendedikasikan diri mereka secara penuh kepada perayaan misteri-misteri suci, pewartaan Injil dan pelayanan pastoral. Dalam Anjuran Apostolik Pastores Dabo Vobis, Paus Yohanes Paulus II telah menegaskan bahwa "Hubungan imam dengan Yesus Kristus, dan dalam Dia dengan GerejaNya, terdapat pada keyataan pribadi imam, berdasarkan pentabhisan/pengurapan secara sakramental, maupun dalam kegiatannya, artinya: dalam misinya dan pelayanannya. Kuhusnya : imam sebagai pelayan mengabdi kepada Kristus yang hadir dalam gereja sebagai msiteri, persekutuan dan perutusan. Berdasarkan partisipasinya dalam ‘pengurapan’ dan ‘perutusan’ ‘Kristus, imam dapat meneruskan doa Kristus, SandaNya, korban serta karya penyelamatanNya dalam Gereja. Begitulah imam menjadi hamba Gereja sebagai misteri karena ia dengan nyata mewujudkan lambang-lambang Gereja dan menandakan kehadiran Yesus yang bangkit” (PDV 16)
Panggilan khusus lainnya, yang menempati tempat istimewa dalam Gereja, adalah panggilan akan hidup bakti. Mengikuti teladan Maria dari Bethania yang "duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya" (Luk 10:39), banyak pria dan wanita membaktikan diri mereka untuk mengikuti Yesus secara khusus dan sepenuhnya. Mereka, meskipun melaksanakan pelbagai bentuk pelayanan dalam bidang pembinaan manusia dan perhatian bagi orang miskin, pengajaran dan bantuan bagi orang sakit, tidak menganggap aktivitas-aktivitas ini sebagai tujuan utama hidup mereka, karena, sebagaimana digarisbahwahi dalam Kitab Hukum Kanonik, “tugas yang pertama dan terpenting dari semua kaum religius adalah merenungkan kebenaran-kebenaran ilahi dan persekutuan yang menetap dengan Allah dalam doa (Kan. no. 663 §1). Lebih dari itu, dalam anjuran apostolik Vita Consecrata Paus Yohanes Paulus II mencatat: "Dalam tradisi Gereja profesi religius dipandang sebagai pendalaman yang khusus dan subur pengudusan yang diterima melalui Baptis, sejauh merupakan upaya bagi pengembangan persatuan erat dengan Kristus yang sudah muali dari pada Babtis menjadi kurnia keserupaan yang lebih penuh, lebih eksplisit dan otentik dengan Dia melalui pengikraran
Mengingat nasehat Yesus: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit; Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu" (Mat 9:37), sungguh-sungguh kita ingat akan kebutuhan untuk mendoakan panggilan-panggilan bagi imamat dan hidup bakti. Janganlah heran bahwa di mana orang berdoa dengan sungguh-sungguh, panggilan-panggilan itu berkembang. Kesucian Gereja bergantung mutlak dari kesatuan dengan Kristus dan dari keterbukaan terhadap misteri rahmat yang bekerja di dalam hati semua umat beriman. Untuk itu, saya mengundang semua umat beriman untuk memelihara hubungan intim dengan Kristus, Guru dan Gembala dari UmatNya, seraya menyerupai Maria, yang menyimpan dalam jiwa misteri-misteri ilahi dan merenungkannya terus-menerus (Luk 2:19). Bersama dengan Maria, yang menenpati tempat utama dalam misteri Gereja, kita berdoa:
Ya, Bapa, bangkitkanlah di antara umat kristianipanggilan suci dan berlimpah bagi imamatyang menghidupkan imandan memelihara tradisi yang dianugerahkan PutraMu, Yesusmelalui pewartaan SabdaNyadan pelayanan sakramen-sakramenyang dengannya Kau perbaharui terus menerus umatMu.
Berilah kami pelayan-pelayan suci altarMu yang semoga dengan penuh perhatian menjadi penjaga sungguh sungguh dari Ekaristitanda rahmat tertinggi Kristusbagi keselamatan dunia
Panggilah para pelayan kerahimanMuyang, melalui sakkramen tobatmembagikan kegembiraan dari pengampunanMu.
Buatlah , ya Bapa, agar gereja menerima dengan gembirapelbagai inspirasi Roh PutraMudan, patuh bagi ajaran-ajaranNya,yakin akan pangilan bagi pelayanan imamat dan hidup bakti.
Bantulah para Uskup, imam, diakon,kaum religius dan semua yang dibabtis dalam Kristusagar melaksanakan dengan setiamisi mereka bagi pelayanan demi Injil.
Kami mohonkan semua ini dengan perantaan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Maria, Ratu para Rasul, doakanlah kami.
Dari Vatikan, 5 Maret 2006.BENEDIKTUS XVI

0 Comments:

Post a Comment

<< Home